Kajian Ramadhan Episode II
Tidak seperti kajian Ramadhan di episode I, kajian Ramadhan episode II ini dilaksanakan secara daring. Meski begitu tidak mengurangi nilai maupun makna dari pelaksanaanya. Justru dengan pelaksanaan secara daring ini, para dosen dan pegawai yang berada di Kampus B bisa ikut terlibat juga.
Menghadirkan Dr. Yus Natali, S.T., M.T. sebagai pembicara pada kajian Ramadhan episode II ini mengambil tema puasanya hati manusia. Yang dimaksud hati disini adalah salah satu aspek terdalam dalam jiwa manusia yang senantiasa menilai benar salahnya perasaan, niat, angan-angan, pemikiran, hasrat, sikap dan tindakan seseorang, terutama dirinya sendiri. Riwayat hadist dari Ahmad menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda “tidak akan lurus seorang hamba hingga lurus hatinya. Dan tidak akan lurus hatinya hingga lurus lisannya. Senada dengan Riwayat dari Ahmad, Imam Bukhari pun menyatakan bahwa dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang menjadikan seluruh anggota tubuh bisa baik atau rusak, dan itu adalah hati.
Pada dasarnya sebagai mu’min dalam pelaksanaan puasa tidak hanya puasa dari makan dan minum, akan tetapi puasa yang bersifat bathiniah, yaitu puasa hati. Puasa hati yang bisa dilakukan oleh seorang mu’min adalah dari rasa sombong dan rasa dengki. Sebagai seorang mu’min tidak di perkenankan untuk memiliki kesombongan, karena dia tidak memiliki apa-apa. Rasa sombong muncul ketika seseorang merasa lebih hebat, lebih pintar, lebih berkuasa. Sementara Allah berfirman dalam Hadits Qudsi bahwa kesombongan adalah pakaianku, keagungan adalah sarungku. Barangsiapa yang bersaing dengan-Ku dalam keduanya Aku akan menyiksanya. Sebagai manusia kita diciptakan dari air yang sangat hina, dan tidak memiliki apa-apa, kita milik Allah dan suatu saat akan kembali kepada Allah. Barangsiapa yang sombong kepada Allah, maka Allah akan merendahkannya, akan tetapi sebaliknya jika seseorang merendah kepada Allah, maka Allah akan menaikkan derajatnya.
Puasa hati seorang mu’min dari orang lain adalah iri, dengki dan hasad. Jika kita memiliki rasa iri, dengki dan hasad kepada orang lain, diibaratkan seperti api membakar kayu. Dengan segala amalan baik yang kita perbuat akan hilang seketika ketika kita memiliki rasa iri, dengki serta hasad. Kita harus melakukan puasa hati dari iri, dengki dan hasad karena hal tersebut yang akan merusak hati kita.
Di bulan yang penuh berkah inilah, selain kita berpuasa dari rasa haus dan lapar, maka kita pun wajib melakukan puasa hati, agar senantiasa bathin kita terjaga dari amal perbuatan yang dapat merusak hari dan menghilangkan pahala berpuasa kita.