Fenomena #KaburAjaDulu: Antara Mimpi Global & Realitas Lokal

#KaburAjaDulu

Dalam beberapa waktu terakhir, media sosial ramai dengan tagar #KaburAjaDulu. Fenomena ini menggambarkan keinginan generasi muda Indonesia, khususnya mahasiswa untuk mengejar kehidupan yang dianggap lebih layak di luar negeri. Entah lewat studi lanjut, kerja profesional, atau migrasi permanen, semangat “kabur” ini semakin kuat terdorong oleh berbagai faktor di dalam negeri yang dirasa stagnan dan kurang mendukung.

Alasan di Balik Tren #KaburAjaDulu dan Dampaknya

Banyak mahasiswa merasa bahwa sistem di Indonesia belum memberikan peluang yang cukup merata untuk berkembang. Persaingan kerja yang ketat, praktik nepotisme, serta ketimpangan sosial dan ekonomi menjadi pemicu utama. Selain itu, kualitas pendidikan yang dianggap belum setara dengan negara maju dan keinginan mengejar karier internasional membuat banyak mahasiswa mulai menyusun rencana untuk ke luar negeri.

Namun, tren ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri, yaitu fenomena “brain drain”. Brain drain adalah kondisi di mana sumber daya manusia berkualitas tinggi meninggalkan negaranya untuk tinggal dan bekerja di negara lain. Jika dibiarkan, hal ini bisa berdampak pada stagnasi inovasi dan minimnya kontribusi SDM unggul bagi pembangunan nasional.

Brain Drain

Peluang Kerja dan Kualitas Hidup: Indonesia vs Luar Negeri

Tak bisa dipungkiri, negara-negara seperti Jepang, Jerman, Kanada, atau Australia menawarkan sistem kerja yang lebih terstruktur, tunjangan kesejahteraan yang jelas, serta lingkungan kerja yang mendukung pengembangan diri. Banyak perusahaan di luar negeri juga lebih terbuka pada talenta muda dari luar negeri yang memiliki kompetensi dan semangat inovasi.

StartUp

Di sisi lain, Indonesia juga mulai menunjukkan perubahan. Pertumbuhan startup, perkembangan teknologi digital, dan banyaknya program inkubasi bisnis bagi anak muda mulai membuka jalan baru bagi mahasiswa untuk berkembang di dalam negeri. Meski demikian, masih diperlukan tenaga kerja agar mampu menyaingi tawaran dari luar negeri.

Strategi Tetap Berkontribusi di Dalam Negeri

Bagi mahasiswa yang tetap memiliki impian global namun tidak ingin melupakan tanah kelahiran, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan. Salah satunya adalah dengan studi atau bekerja di luar negeri untuk memperkaya wawasan, lalu kembali dan membagikan ilmu yang telah diperoleh. Hal ini dikenal juga dengan istilah “brain gain”.

Alternatif lainnya adalah membangun jejaring internasional dan menjalin kerja sama lintas negara sambil tetap berkarya dari Indonesia. Di era digital ini, banyak hal yang bisa dilakukan secara remote tanpa harus bermigrasi total. Mahasiswa juga bisa aktif dalam komunitas sosial, riset, maupun proyek inovatif yang berdampak langsung bagi masyarakat lokal.

Remote Working

Pada akhirnya, #KaburAjaDulu tidak melulu harus diartikan sebagai pelarian. Bisa jadi ini adalah langkah awal untuk pulang dengan semangat baru, membawa perubahan yang lebih besar untuk Indonesia. Dan sebagai bagian dari institusi pendidikan tinggi yang turut mendorong semangat global sekaligus cinta tanah air, Telkom University Jakarta akan terus berkomitmen dalam mencetak generasi unggul yang siap bersaing di dunia internasional, namun tetap memberi kontribusi nyata bagi bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *