Setiap tahunnya, umat Buddha di seluruh dunia memperingati Hari Raya Waisak sebagai momen suci yang penuh makna. Pada tahun 2025 ini, Waisak jatuh pada 12 Mei dan menandai tahun 2569 dalam penanggalan Buddhis (Buddhist Era/BE). Tapi Waisak bukan hanya milik umat Buddha saja – bagi kita mahasiswa dan generasi muda, Waisak juga bisa menjadi momen refleksi diri, menanamkan nilai-nilai kedamaian, kesederhanaan, dan kasih sayang yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan kampus dan sosial kita saat ini.
Apa itu Hari Raya Waisak?

Waisak memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yang dikenal sebagai Buddha Gautama, yaitu: kelahirannya, saat ia mencapai pencerahan (Bodhi), dan wafatnya (Parinibbana). Ketiga peristiwa ini diyakini terjadi pada tanggal dan bulan yang sama dalam kalender lunar, yakni saat bulan purnama di bulan Waisakha (biasanya pada bulan Mei).
Di Indonesia, perayaan Waisak biasanya ditandai dengan prosesi keagamaan di candi-candi, seperti Candi Borobudur, yang menjadi pusat perayaan Waisak nasional. Para bhikkhu (biksu) dari berbagai negara akan berjalan kaki membawa api dharma dan air suci, dilanjutkan dengan meditasi dan pelepasan lampion ke langit – simbol dan pencerahan.
Nilai-nilai Waisak yang Relevan bagi mahasiswa

Sebagai mahasiswa – terutama TelUtizen, kita hidup di era yang serba cepat dan penuh distraksi. Media sosial, tekanan akademik, dan tantangan masa depan sering kali membuat kita lupa berhenti sejenak dan merenung. Nilai-nilai yang dibawa oleh Waisak – seperti introspeksi diri, ketenangan batin, dan pengendalian diri – sebenarnya sangat relevan untuk kita.
Waisak mengajarkan bahwa kedamaian tidak harus dicari di luar diri, tetapi berasal dari dalam. Ini bisa menjadi pengingat penting bagi mahasiswa untuk menjaga kesehatan mental, mengelola emosi, dan membangun hubungan yang positif dengan sesama teman kampus.
Waisak dan Toleransi Antar Agama
Indonesia dikenal dengan keberagamannya. Perayaan Waisak mengingatkan kita akan pentingnya toleransi dan saling menghargai antar umat beragama. Di lingkungan kampus, nilai ini bisa diterapkan dengan saling menghormati perbedaan, membuka ruang dialog, dan membangun komunitas yang inklusif. Mahasiswa bisa menjadi Waisak sebagai momentum memperkuat semangat persatuan di tengah keberagaman.
Waisak bukan hanya perayaan agama, tetapi juga ajakan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih tenang, lebih peduli, dan lebih bijaksana. Bagi mahasiswa, ini merupakan kesempatan untuk belajar dari ajaran Buddha tentang makna hidup, kebijaksanaan, dan kasih sayang.
Selamat Hari Raya Waisak 2569 BE!
Penulis : Siti Zakiyah | Editor : Husna Rahmi
Baca Juga : Hari Buruh: Merayakan Perjuangan dan Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja