Setiap anak berhak tumbuh dan berkembang dengan baik, mendapatkan pendidikan, serta merasakan kebahagiaan tanpa diskriminasi. Namun, realita di lapangan menunjukkan masih banyak anak-anak yang belum merasakan haknya secara utuh, baik karena keterbatasan akses pendidikan, kondisi sosial ekonomi, maupun faktor lingkungan. Dalam konteks inilah, mahasiswa hadir bukan hanya sebagai agen perubahan di dunia kampus, tetapi juga sebagai garda depan yang bisa mendukung hak dan kesejahteraan anak di masyarakat.

Mahasiswa sebagai Relawan Pendidikan
Salah satu kontribusi nyata mahasiswa adalah menjadi relawan pendidikan. Dengan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, mahasiswa bisa mengajar anak-anak di daerah yang minim akses sekolah formal, seperti di pelosok desa atau kawasan marginal perkotaan. Mengajar membaca, menulis, berhitung, hingga memberi motivasi belajar sederhana bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar bagi masa depan mereka.
Selain itu, mahasiswa dapat memanfaatkan platform digital untuk membuka kelas daring gratis. Hal ini membantu anak-anak tetap belajar meskipun memiliki keterbatasan dalam fasilitas. Dengan kreativitas dan semangat muda, mahasiswa mampu menjembatani kesenjangan pendidikan yang masih terjadi.
Penggerak Gerakan Literasi
Mahasiswa juga dapat menjadi penggerak literasi. Banyak komunitas mahasiswa yang mendirikan taman baca, perpustakaan mini, hingga program donasi buku untuk anak-anak. Gerakan ini tidak hanya meningkatkan minat baca, tetapi juga membuka wawasan anak-anak terhadap dunia luar.
Literasi bukan sekadar membaca buku, tetapi juga mengajarkan anak cara berpikir kritis, memahami informasi, dan mengembangkan daya imajinasi. Dengan begitu, mahasiswa turut serta mempersiapkan generasi penerus yang lebih cerdas, kreatif, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Mahasiswa sebagai Mentor Inspiratif
Selain memberikan ilmu, mahasiswa juga dapat menjadi mentor inspiratif bagi anak-anak. Kehadiran mahasiswa sebagai sosok yang dekat dengan usia muda bisa menjadi teladan yang menyenangkan. Anak-anak dapat melihat contoh nyata bagaimana kakak-kakak mahasiswa berjuang meraih pendidikan tinggi, sehingga termotivasi untuk tidak menyerah dalam mengejar mimpi mereka.
Menjadi mentor bukan berarti selalu mengajarkan hal besar. Kadang, sekadar menemani anak-anak bermain sambil berdiskusi tentang cita-cita atau memberi nasihat ringan sudah cukup untuk menanamkan nilai kepercayaan diri dan semangat belajar dalam diri mereka.
Peran mahasiswa dalam mendukung hak dan kesejahteraan anak sebenarnya tidak selalu membutuhkan modal besar. Yang paling utama adalah kemauan untuk peduli dan konsisten dalam memberikan kontribusi nyata. Setiap langkah kecil—dari mendongeng, mengajari, mendampingi, hingga menginspirasi—bisa menjadi pondasi besar bagi kehidupan seorang anak di masa depan.

Pada akhirnya, mahasiswa bukan hanya calon pemimpin masa depan, tetapi juga sahabat anak-anak yang hari ini sedang berjuang untuk mendapatkan haknya. Dengan semangat kepedulian, mahasiswa bisa membangun dunia yang lebih ramah dan adil bagi anak-anak Indonesia.
Di Telkom University Jakarta, semangat membangun bangsa melalui pendidikan selalu ditanamkan pada mahasiswanya. Kampus ini mendorong generasi muda untuk tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga berperan aktif dalam kegiatan sosial yang berdampak nyata. Karena sejatinya, peradaban yang kuat dimulai dari kepedulian terhadap anak-anak—pilar utama bangsa di masa depan.