Idul Adha atau Hari Raya Kurban adalah salah satu hari raya besar dalam Islam yang memiliki makna mendalam bagi seluruh umat Muslim di dunia. Pada tahun 1446 Hijriah ini, perayaannya kembali menjadi momen penting bagi setiap keluarga untuk bersyukur, berbagi, dan merenungkan nilai-nilai keikhlasan serta pengorbanan. Namun, tahukah kamu bagaimana asal-usul dari Hari Raya Idul Adha yang setiap tahunnya dirayakan pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah ini?
Sejarah Idul Adha tidak lepas dari kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Dalam ajaran Islam, dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT melalui mimpi untuk menyembelih anaknya sendiri sebagai bentuk ketaatan yang paling tinggi. Awalnya, ini tentu menjadi ujian luar biasa berat bagi Nabi Ibrahim, namun ia memutuskan untuk taat kepada perintah Tuhannya. Saat disampaikan kepada Ismail, sang anak justru menunjukkan ketabahan dan keikhlasan yang luar biasa pula. Ia berkata, “Wahai Ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Saat momen penyembelihan itu akan dilakukan, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba dari surga sebagai bentuk pengakuan atas ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail. Inilah yang menjadi dasar ibadah kurban yang dilakukan oleh umat Islam setiap Idul Adha. Penyembelihan hewan kurban, baik berupa kambing, sapi, atau unta, menjadi simbol kepatuhan terhadap perintah Allah sekaligus bentuk solidaritas sosial karena daging kurban dibagikan kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan.

Idul Adha juga menjadi bagian dari puncak ibadah haji yang dilaksanakan di Makkah. Jutaan umat Muslim dari berbagai negara berkumpul untuk melaksanakan ibadah haji, dan salah satu ritual utamanya adalah menyembelih hewan kurban setelah wukuf di Arafah. Maka dari itu, Idul Adha sering disebut pula sebagai “Hari Raya Haji“.
Bagi kita yang tidak berhaji, Idul Adha tetap merupakan momentum besar untuk menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial. Di era sekarang, semangat berbagi melalui kurban bisa menjangkau lebih banyak orang dengan bantuan teknologi. Banyak lembaga sosial dan keagamaan yang memfasilitasi kurban secara daring, mempermudah umat Muslim untuk tetap menunaikan ibadah meskipun memiliki keterbatasan waktu dan jarak.

Penulis : Siti Zakiyah | Editor : Husna Rahmi
Baca Juga : Apa Itu Tarwiyah dan Arafah? Makna, Sejarah, dan Hikmah yang Perlu Diketahui Generasi Muda
Selain itu, Idul Adha juga bisa menjadi refleksi spiritual, terutama bagi kalangan muda dan mahasiswa. Di tengah kesibukan studi atau pekerjaan, hari raya ini mengingatkan kita untuk tidak hanya mengejar capaian duniawi, tetapi juga mengasah jiwa sosial dan spiritual. Keikhlasan Nabi Ibrahim dan Ismail mengajarkan bahwa kadang kita harus mengorbankan sesuatu yang berharga demi sesuatu yang lebih besar: ketaatan, cinta kepada Tuhan, dan kepedulian pada sesama.
Idul Adha 1446H ini adalah waktu yang tepat untuk menyatukan hati, memperkuat iman, dan menghidupkan semangat pengorbanan dalam kehidupan sehari-hari. Jadikan momen ini bukan hanya perayaan, tapi juga pengingat bahwa nilai-nilai luhur dalam kisah Nabi Ibrahim masih sangat relevan dalam menghadapi tantangan hidup modern saat ini.
Jika kalian adalah mahasiswa yang sedang menimba ilmu dan ingin terus mengasah nilai kepedulian sosial dan spiritualitas dalam lingkungan akademik, Telkom University Jakarta selalu membuka ruang untuk itu. Lingkungan kampus yang inklusif dan penuh nilai kebangsaan menjadikan semangat Idul Adha bisa tumbuh sejalan dengan pembentukan karakter unggul generasi muda Indonesia.
Selamat Idul Adha 1446 H.