Kata “mahasiswa” begitu akrab di telinga kita, terutama di dunia pendidikan tinggi. Namun, pernahkah terlintas pertanyaan, dari mana asal mula kata ini muncul dan bagaimana maknanya bisa berkembang hingga menjadi identitas bagi jutaan pelajar di perguruan tinggi? Menelusuri sejarah kata ini bukan sekadar soal bahasa, tetapi juga tentang perjalanan intelektual bangsa.
Secara etimologis, kata “mahasiswa” berasal dari dua unsur bahasa Sanskerta: “maha” yang berarti besar atau agung, dan “siswa” yang berarti murid atau pelajar. Maka, “mahasiswa” dapat dimaknai sebagai pelajar yang berada pada tahap pendidikan yang lebih tinggi, yakni mereka yang sedang menempuh jenjang di perguruan tinggi. Kata ini berbeda dengan “siswa” biasa, karena menyandang predikat “maha” yang mengandung arti tanggung jawab intelektual yang lebih besar.
Penggunaan istilah “mahasiswa” mulai populer di era kolonial Belanda, ketika pendidikan tinggi diperkenalkan di Hindia Belanda pada awal abad ke-20. Para pelajar yang berhasil masuk sekolah tinggi seperti STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) dan Technische Hoogeschool (cikal bakal ITB) disebut sebagai mahasiswa. Sejak saat itu, kata mahasiswa tidak hanya mengacu pada status akademik, tetapi juga melekat dengan peran sosial, politik, dan budaya yang dijalankan oleh kaum intelektual muda.
Bagi masyarakat Indonesia, mahasiswa sering dianggap sebagai “agent of change” atau agen perubahan. Sejarah membuktikan bahwa banyak pergerakan penting di negeri ini dipelopori oleh mahasiswa, mulai dari pergerakan kebangsaan awal abad 20, hingga momentum reformasi 1998. Identitas sebagai mahasiswa bukan sekadar status belajar, tetapi juga amanah moral untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Di era digital seperti sekarang, makna kata mahasiswa semakin luas. Mahasiswa tidak hanya dituntut unggul di bidang akademik, tetapi juga mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, berpikir kritis, serta memiliki kepedulian sosial. Mahasiswa masa kini adalah generasi yang harus siap bersaing di tingkat global, sekaligus menjaga akar budaya dan nilai-nilai bangsa.
Oleh karena itu, menjadi mahasiswa bukan hanya tentang menempuh pendidikan formal, tetapi juga tentang membangun karakter, mengasah keterampilan, dan menyiapkan diri sebagai pemimpin masa depan. Setiap mahasiswa memikul tanggung jawab untuk menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sarana perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Sebagai institusi pendidikan tinggi, Telkom University Jakarta hadir untuk mendukung mahasiswa dalam menjalankan peran tersebut. Dengan lingkungan belajar yang modern, fasilitas lengkap, serta fokus pada pengembangan karakter dan literasi digital, Telkom University Jakarta membantu mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga siap menjadi pionir perubahan di era global.