Memahami Era Post truth dan Dampaknya pada Literasi Digital

Memahami Era Post truth dan Dampaknya pada Literasi Digital

many information about post truth

Dalam dunia yang semakin dipenuhi oleh informasi digital, istilah post truth menjadi relevan untuk menggambarkan fenomena sosial di mana fakta objektif sering diabaikan dan digantikan oleh keyakinan emosional atau preferensi pribadi. Istilah ini mendapat perhatian luas ketika pada tahun 2016, Oxford Dictionaries menobatkannya sebagai Word of the Year. Fenomena post truth menunjukkan bagaimana opini publik tidak lagi terbentuk oleh fakta-fakta ilmiah atau data yang terverifikasi, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh emosi dan kepercayaan subjektif.

Karakteristik dan Akar Post Truth Sebagai Literasi Digital

person when read post truth

1. Pengaruh Emosi dan Bias Kognitif

Dalam era post truth, fakta-fakta objektif sering kali disingkirkan, sementara informasi yang lebih menonjolkan emosi dan memperkuat keyakinan yang sudah ada lebih mudah diterima. Fenomena ini dipicu oleh bias kognitif yang membuat individu cenderung hanya menerima informasi yang sesuai dengan pandangan mereka. Media sosial, dengan algoritma yang menyesuaikan konten berdasarkan preferensi pengguna, memperkuat hal ini dengan menciptakan ruang gema atau echo chamber, di mana seseorang hanya melihat sudut pandang yang memperkuat keyakinannya.

2. Proliferasi Berita Palsu dan Disinformasi

Salah satu fenomena yang memperkuat era post truth adalah maraknya fake news atau berita palsu. Informasi yang tidak akurat atau sengaja disesatkan ini sering kali dibuat untuk memicu reaksi emosional, menyebarkan kepanikan, atau mengejar tujuan politik tertentu. Dengan begitu banyaknya informasi yang beredar, sulit bagi masyarakat untuk memilah mana informasi yang benar dan mana yang hanya sekadar hoaks atau disinformasi. Hal ini menjadi semakin kompleks ketika informasi yang salah tersebut terus tersebar di media sosial tanpa adanya verifikasi yang memadai.

3. Polarisasi Informasi

Era post truth juga ditandai dengan peningkatan polarisasi masyarakat. Orang-orang semakin terpisah dalam kelompok-kelompok yang hanya mengonsumsi informasi yang sejalan dengan keyakinan mereka sendiri, menghindari informasi yang berbeda atau bertentangan. Akibatnya, ruang publik digital menjadi terpecah belah dan sulit untuk mencapai konsensus tentang isu-isu penting.

Dampak Era Post Truth terhadap Literasi Digital

1. Menurunnya Kemampuan Berpikir Kritis

Salah satu dampak langsung dari era post truth terhadap literasi digital adalah menurunnya kemampuan untuk berpikir kritis. Di dunia di mana informasi dapat dengan mudah diakses dan disebarkan, banyak orang cenderung menerima apa yang mereka baca tanpa mengkritisinya. Ini dapat mengarah pada penerimaan informasi yang tidak akurat atau menyesatkan tanpa melakukan pengecekan fakta yang mendalam. Literasi digital yang rendah membuat individu lebih mudah terpengaruh oleh informasi yang salah, memperparah disinformasi yang sudah ada.

2. Kebutuhan untuk Meningkatkan Literasi Digital

Untuk menghadapi tantangan ini, literasi digital perlu diperkuat. Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan perangkat digital, tetapi juga mencakup kemampuan untuk mengevaluasi dan memverifikasi informasi. Literasi digital yang baik berarti mampu membedakan antara sumber informasi yang kredibel dan tidak, mengidentifikasi bias, dan memahami konteks informasi yang dikonsumsi. Literasi ini juga mengharuskan pengguna untuk memahami bagaimana algoritma bekerja di balik media sosial dan platform pencarian, serta dampaknya terhadap apa yang mereka lihat.

3. Tantangan bagi Pendidikan dan Media

Dunia pendidikan dan industri media menghadapi tantangan besar di era post truth. Di satu sisi, lembaga pendidikan perlu beradaptasi dengan mengajarkan keterampilan literasi digital dan berpikir kritis kepada siswa sejak dini. Kurikulum perlu disesuaikan untuk mengajarkan cara menilai sumber informasi, memeriksa fakta, dan memahami dampak dari penyebaran informasi palsu. Di sisi lain, media memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga integritas informasi yang mereka sebarkan. Jurnalisme yang berkualitas dengan verifikasi informasi yang kuat harus terus didorong untuk melawan arus berita palsu.

4. Peran Media Sosial dan Platform Digital

Platform media sosial juga memiliki peran yang signifikan dalam era post truth. Algoritma yang digunakan oleh platform-platform ini sering kali memperkuat konten yang lebih populer atau kontroversial, bukan yang lebih benar atau terverifikasi. Ini membuat berita palsu atau konten yang memancing emosi lebih mudah viral. Oleh karena itu, ada dorongan yang semakin besar bagi perusahaan teknologi untuk mengembangkan alat yang membantu pengguna memverifikasi informasi dan mengidentifikasi hoaks.

Menghadapi Tantangan Era Post truth

1. Verifikasi Fakta sebagai Kebutuhan Utama

Untuk melawan disinformasi, verifikasi fakta harus menjadi prioritas utama dalam konsumsi informasi. Individu perlu secara aktif memeriksa keaslian informasi yang mereka terima, terutama di media sosial, sebelum membagikannya kepada orang lain. Alat dan layanan seperti TurnBackHoax.id atau FactCheck.org menjadi sangat berguna dalam membantu orang memverifikasi kebenaran informasi.

2. Pengembangan Kesadaran Literasi Digital

Peningkatan literasi digital di kalangan masyarakat harus menjadi fokus utama. Ini tidak hanya berlaku di sekolah, tetapi juga di komunitas, melalui program-program pelatihan dan edukasi masyarakat. Dengan pengetahuan yang lebih baik tentang bagaimana informasi disebarkan di dunia digital, masyarakat akan lebih siap menghadapi tantangan era post truth.

3. Menjauh dari Ruang Gema Digital

Masyarakat perlu keluar dari “ruang gema” digital mereka dan mencari informasi dari berbagai sumber yang berbeda. Mengakses berbagai perspektif akan membantu dalam memahami isu dengan lebih holistik dan mencegah pengaruh bias yang berlebihan.

Era post truth telah mengubah cara kita memandang dan mengonsumsi informasi, dengan dampak besar terhadap literasi digital masyarakat. Penyebaran informasi palsu dan polarisasi informasi membuat pentingnya kemampuan berpikir kritis dan evaluasi informasi semakin jelas. Peningkatan literasi digital melalui pendidikan, media yang bertanggung jawab, dan verifikasi informasi adalah kunci untuk melawan tantangan ini. Hanya dengan pemahaman yang lebih baik dan keterampilan digital yang kuat, kita dapat melawan efek negatif dari post truth dan memastikan bahwa masyarakat tetap memiliki akses ke informasi yang benar dan akurat.

international day post truth

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *